Menelisik Terorisme Pasca Wafatnya Osama

Oleh: Pahrudin HM, M.A.

Pengantar

Minggu, 1 Mei 2011 bisa jadi saat yang akan selalu dikenang dan tercatat dalam sejarah dunia serta akan selalu menjadi momen yang bahagia terutama bagi masyarakat Amerika Serikat. Ya, hari pertama di bulan kelima tersebut mencatatkan tewasnya seorang musuh terbesar Barat, khususnya Amerika Serikat, yang sudah diburu selama 10 tahun tahun terakhir, Usamah bin Ladin (‘Osama bin Laden’ dalam literatur resmi yang dikeluarkan beragam media dunia). Sosok yang dikatakan Barat sebagai ‘Al-Qaeda Leader’ ini dikatakan tewas dalam sebuah penyergapan yang dilakukan oleh pasukan elit Amerika Serikat di Abbotabad, Pakistan. Pria kelahiran Riyadh Arab Saudi ini memang sudah lama diburu Barat yang dikomandoi oleh Amerika karena dianggap sebagai gembong beragam aksi teror di seluruh dunia, terutama serangan terhadap menara kembar WTC pada 11 September 2001 yang lalu. Untuk memburu Osama, Amerika tidak hanya mengerahkan pasukan-pasukan elitnya yang lengkap dengan beragam persenjataan militer yang super canggih, tetapi juga menyelenggarakan sayembara dengan hadiah ratusan miliar rupiah bagi siapa saja yang dapat memberi informasi, apalagi menangkap, sosok yang menjadi buruan utamanya ini.

Barangkali, hidup Osama memang ditakdirkan hanya sampai 30 April 2011 jika memang ‘klaim’ Presiden Barack Obama mengenai kematiannya itu memang benar. Hal ini karena sebelumnya sudah seringkali Osama diberikan meninggal dunia meskipun terbukti ia masih tetap eksis sampai paling tidak April 2011 kemaren. Keraguan berita kematian Osama juga berdasarkan pada adanya dugaan photo jenazahnya yang beredar di berbagai media massa merupakan hasil rekayasa teknologi fotografi terhadap beragam gambarnya yang ada selama ini. Sudahlah, memang berita kematiannya kali ini cukup mendasar karena disampaikan langsung oleh presiden dari sebuah negara adidaya dunia, meskipun hal itu dapat pula terjadi sebaliknya. Pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah apakah beragam teror yang ada selama ini di berbagai belahan dunia akan berakhir dengan sendirinya karena kematian Osama. Pertanyaan yang cukup perlu didapatkan jawaban pastinya.

Munculnya Terorisme

Terorisme merupakan alat atau cara yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengintimidasi atau menakuti seseorang atau sekelompok orang karena tujuan tertentu. Sebagian besar aksi terorisme mengemuka karena ketidaksukaan atau ketidakrelaan terhadap sesuatu atau seseorang atau lembaga yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diakui, atau dalam bahasa sederhananya adalah karena pelampiasan dari perasaan ketidakadilan yang dialami seseorang atau sekelompok orang. Terorisme memang bukan monopoli kelompok, etnis atau agama tertentu karena ia dapat saja terjadi di berbagai tempat dan beragam keadaan. Aksi terorisme terjadi di Irlandia akibat ketidakrelaan beberapa komponen masyarakatnya atas pengaruh Inggris di negara itu, juga terjadi di India yang dilakukan oleh sekelompok kaum komunis Maois, juga terjadi di Spanyol yang dilakukan kelompok Bosque yang menghendaki pemisahan wilayah dari kerajaan di Semenanjung Iberia tersebut, dan terjadi di Filipina yang dilakukan oleh kelompok komunis dan Islam di Mindanao serta di berbagai belahan dunia lainnya.  Singkat kata, aksi terorisme dapat diterjadi di mana saja tanpa mengenal negara jika penyebabnya yaitu ketidakadilan memang nyata dirasakan oleh masyarakatnya.

Terorisme Yang Dilakukan Oknum ‘Muslim’

Meskipun aksi terorisme dapat terjadi di mana saja dan dapat dilakukan oleh siapa pun, namun aksi yang dilakukan kelompok Islam cenderung mendapat perhatian yang lebih. Hal ini boleh jadi terjadi karena intensitas aksi yang dilakukan lebih banyak dan dalam skala yang lebih luas (global) jika dibandingkan aksi-aksi terorisme lainnya yang sangat bersifat regional atau lokal. Lihatlah aksi yang dilakukan terhadap menara kembar WTC yang dilakukan bukan oleh warga Amerika dan beragam aksi teror lainnya di seluruh dunia. Menarik kemudian untuk melihat kenapa aksi terorisme yang dilakukan oleh ‘oknum-oknum Islam’ (karena tidak semua umat Islam melakukannya dan menyepakati aksi yang dilakukan) cenderung gencar dilakukan yang pada akhirnya mendapatkan porsi perhatian yang luar biasa dari warga bumi.

Banyak pengamat mengungkapkan bahwa aksi terorisme yang dilakukan oleh ‘para oknum muslim” ini dilakukan akibat ketidakadilan perlakuan dan kebijakan ganda yang diterapkan oleh Barat, utamanya Amerika Serikat dan Inggris. Sebagai satu-satunya negara superpower dunia pasca runtuhnya Uni Sovyet, Amerika melakukan kebijakan yang tidak berimbang dalam mengatur dunia dan hanya mengutamakan kepentingannya beserta para sekutunya. Contoh yang paling nyata adalah ‘kebijakan’ berat sebelah Negeri Paman Sam terhadap negara-negara Timur Tengah. Israel yang menjadi ‘anak emas’ Amerika sangat dimanja dan dilindungi dengan segala cara padahal sudah sangat sering melakukan pelanggaran, bahkan hak asasi manusia yang selalu didengungkan Barat. Sementara negara-negara lainnya jika melakukan hal itu sudah langsung dibabat dan dirontokkan, seperti yang dialami oleh Irak dan Iran. Perlakukan istimewa Amerika dan Inggris terhadap Israel ini sudah berlangsung sejak Negara Zionis ini berdiri pada tahun 1948 karena merupakan ‘hadiah’ dari penguasa dunia tersebut. Dari beragam aspek Israel selalu dibantu Barat, seperti militer dan ekonomi, begitu juga bantuan dari kemungkinan ancaman yang muncul dari negara-negara tetangga Arabnya. Masih segar dalam ingatan kita pelanggaran HAM yang dilakukan Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan Gaza, dan bahkan Komisi HAM PBB sudah menetapkannya sebagai sebuah pelanggaran, tetapi dengan segala cara Barat berusaha membantu ‘anak emas’-nya. Dan yang paling terbaru adalah ketidaksukaan Amerika terhadap rekonsiliasi yang dilakukan Pemerintah Palestina dan Hamas dalam upaya kedua kelompok ini untuk bersama-sama membangun masa depan Palestina. Dan masih banyak bukti pelanggaran Israel terhadap kemanusian, seperti pembantaian ribuan warga Palestina sepanjang tahun 1948-sekarang, yang tidak dihiraukan Amerika dan Barat yang semakin memperlihatkan standar ganda dan perlakuan tidak adil yang mereka terapkan.

Dengan demikian, sepertinya aksi terorisme tidak akan pernah berhenti selama Barat yang disponsori Amerika tidak menghentikan standar ganda dan perlakuan tidak adilnya terhadap dunia. Meskipun saya yakin sebagian besar masyarakat dunia, khususnya muslim yang termasuk saya, tidak merestui beragam aksi teror yang dilakukan sekelompok orang itu, namun faktor yang menjadi pemicunya harus terlebih dahulu dihilangkan atau diperbaiki. Di era Obama yang gencar menyuarakan perbaikan hubungan dengan dunia Islam, semoga pemicu terorisme segera disadari dan diperbaiki agar dunia diselimuti keadilan, ketentraman, dan kemakmuran. Jangan lagi ada Osama-Osama lain yang lahir untuk menyadarkan dan meluruskan ‘kebijakan-kebijakan’ Barat yang tidak adil. Semoga.

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar