Mengenal Etnis-Etnis di Timur Tengah

Oleh: Pahrudin HM, M.A.

Pengantar
Sebagaimana diketahui bahwa Timur Tengah (The Middle East atau asy-Syarq al-Awsat) mencakup suatu wilayah atau kawasan yang sangat luas, membentang di tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa) jika merujuk pada pengertiannya yang luas atau di dua benua (Asia dan Afrika) bersadarkan pemahaman sederhananya. Di benua Asia, Timur Tengah mencakup seluruh kawasan yang ada di Asia Barat dan sebagian Asia Tengah, sedangkan di benua ‘Hitam’ berupa seluruh kawasan Afrika Afrika dan benua Afrika terdiri dari Eropa Tenggara atau yang biasa dikenal dengan Balkan.
Timur Tengah tidak hanya berupa suatu kawasan yang luas yang membentang di tiga benua, tetapi juga terdiri dari beragam etnis yang mendiami aneka ragam wilayah. Masing-masing kelompok masyarakat Timur Tengah tersebut memiliki karakteristik yang membedakannya dengan etnis lainnya di kawasan ini, meskipun terdapat juga beberapa persamaannya.

Arab dan Yahudi
Orang-orang Arab dan orang-orang Yahudi Timur Tengah secara historis masih memiliki hubungan kekerabatan karena keduanya berasal dari satu ras, yaitu ras Kaukasia atau Asia Barat yang juga lebih dikenal sebagai ‘Semit’ atau ‘Semitik’. Kata ‘Semit’ diambil berdasarkan temuan para ahli dalam Kitab Perjanjian Lama pada abad ke delapan belas yang merujuk pada keturunan Nabi Nuh, Sam, yang kemudian menurunkan Nabi Ibrahim sehingga mempertemukan orang-orang Yahudi dan Arab dalam kedua putranya, Ishaq dan Ismail. Meskipun sama-sama berhidung mancung, orang-orang Arab dan Yahudi memiliki bentuk hidung mancung yang khas jika dibandingkan dengan etnis lainnya yang ada di kawasan Timur Tengah. Akan tetapi, beberapa hal yang membedakan antara orang-orang Arab dan Yahudi sebagai sesama ras Semit adalah faktor agama yang dianut, dimana orang-orang Arab mayoritas penganut agama Islam sedangkan orang-orang Yahudi adalah para penganut agama Yahudi. Hal lainnya adalah aspek bahasa, dimana orang-orang Arab menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa kesehariannya, sedangkan orang-orang Yahudi menggunakan bahasa Ibrani. Selanjutnya, faktor tempat tinggal dimana orang-orang Arab menetap di suatu kawasan yang terasing di tengah padang pasir sedangkan orang-orang Yahudi menjadi nomaden dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Faktor lainnya yang membedakan kedua ras Semit ini adalah kebiasaan orang-orang Arab yang menggubah bait-bait puisi yang indah dengan bahasa yang menarik. Adapun kelebihan sekaligus juga kelemahan orang-orang Arab karena fanatisme kesukuan yang sangat tinggi, bahkan terkadang lebih dari segalanya. Hal ini sering menyulut perselisihan dan peperangan, baik sesama Arab maupun non-Arab. Setelah Islam datang, fanatisme kesukuan berganti dengan fanatisme terhadap Islam yang sangat tinggi sehingga di tangan orang-orang Arab Islam menjadi agama yang menguasai dunia. Sedangkan kelebihan Yahudi adalah orang-orang yang dikenal memiliki kecerdasan dan keahlian sebagaimana dicatat dalam sejarah beragam pakar dan ahli berbagai ilmu pengetahuan yang merupakan orang-orang Yahudi. Adapun kelemahan Yahudi adalah kebanggaan yang berlebihan akan keyahudian mereka sehingga menganggap bangsa lain lebih rendah karena merasa merekalah bangsa yang paling mulia dan terhormat di muka bumi ini. Orang-orang Arab sebagian besar tinggal di kawasan Asia Barat (Arab Saudi dan negara-negara Teluk, Yaman, Palestina, Syiria, Irak, Libanon dan Yordania), Afrika Utara (Marokko, Tunisia, Libya dan Aljazair), Afrika Barat (Mesir dan Sudan) dan di beberapa negara lain di seluruh dunia. Sedangkan orang-orang Yahudi saat ini terkonsentrasi di Israel dan dalam jumlah tertentu berada di Eropa dan Amerika.

Persia
Bangsa Persia yang secara sederhana saat ini direpresentasikan dengan Iran umumnya dikenal sebagai orang-orang yang hidup nomaden dengan tinggal di dalam kemah-kemah yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena hidup di alam yang keras dan liar, orang Persia terbentuk menjadi individu yang keras pula. Namun setelah mereka menetap di suatu kawasan dengan menjadi petani dan pengembala, membuat mereka menjadi pribadi yang berhati ikhlas, pemurah dan suka menjamu tamu. Dan salah satu ciri terpenting yang dikenal dunia dari orang-orang Persia adalah kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Salah satunya terlihat pada peran besar mereka terhadap perkembangan ilmu pengatahuan di masa Abbasiyah dengan melahirkan beragam penemuan dan ilmuan, semisal ar-Razi dan al-Biruni. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Persia dan menjadi bahasa resmi negara Iran saat ini. Sedangkan agama yang mereka anut saat ini adalah Islam, khususnya sekte Syiah dan sebagian kecil penganut Islam Sunni. Namun demikian, agama asal dari bangsa Persia adalah Zoroater yang terdiri dari dua macam sekte, yaitu Mani dan Mazdak yang sangat dikenal karena penyembahan mereka kepada api yang merupakan dewa tertinggi yang menerangi dunia. Agama Zoroaster atau Zaratusra masih dianut oleh sebagian kecil orang Persia (0,1%), begitu juga dengan agama-agama lainnya, seperti Kristen (0,8%) dan Yahudi (0,2%). Saat ini, mayoritas orang-orang Persia ada di Iran (22.986.329 jiwa), namun demikian bangsa ini juga dapat ditemukan di Afghanistan, negara-negara Asia Tengah, bahkan Amerika dan Australia serta beberapa negara Arab yang ada di kawasan Teluk.
Di samping beragam kelebihan yang menjadi ciri bangsa Persia di atas, terdapat pula ciri lainnya yang menjadi kelemahan mereka. Seperti umumnya masyarakat Timur Tengah, orang-orang Persia juga memiliki fanatisme yang tinggi atas kebangsaan mereka. Bagi mereka, bangsa Persia mengungguli bangsa-bangsa lainnya, khususnya bangsa Arab dan Yahudi, karena mereka memiliki bahasa yang tertua di dunia serta peradaban yang tinggi dan besar yang pernah menguasai dunia. Karakter lainnya yang dianggap menjadi kelemahan adalah sifat introvert atau tertutup yang mereka miliki dan menutup mata terhadap kenyataan bahwa bangsa lain pun adalah bangsa yang maju dan unggul.

Turki
Orang-orang Turki sesungguhnya berasal dari Mongolia yang bercampurbaur dengan beragam etnis Persia yang ada di Asia Tengah. Sebelum pindah ke wilayah Turki sekarang, orang-orang Turki mendirikan kerajaan di wilayah Asia Tengah saat ini. Perlahan-lahan namun pasti, kekuasaan kerajaan ini semakin luas mencakup sebagian besar wilayah Islam saat itu. Bahkan yang sangat fenomenal dari imperium yang kemudian dikenal sebagai Turki Usmani ini adalah kesuksesan mereka merebut Konstantinopel dari Romawi dan memindahkan kerajaan mereka ke wilayah Turki saat ini. Salah satu ciri khas orang-orang Turki, di samping ciri-ciri umumnya orang-orang Timur Tengah sebagaimana di atas, adalah mereka sejak dahulu dikenal sebagai ahli perang yang ulung dan tentara yang gagah berani di medan tempur. Tidak mengherankan jika sebelum mereka membentuk kerajaan sendiri dibawah pimpinan Usman, orang-orang Turki sudah menjadi pilar utama angkatan bersenjata Kekhalifahan ‘Abbasiyah. Hal ini terus berlanjut di masa Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan setelahnya, terutama dengan gelar ‘Pasya’ yang berarti bangsawan Turki yang melekat pada setiap pimpinan angkatan perang saat itu. Keunggulan lain Turki adalah memiliki budaya yang merupakan perpaduan antara budaya Timur yang menjadi tempat asalnya serta sebagian besar pernah menjadi wilayah kekuasaan mereka seperti Arab dan Berber dan budaya Barat, terutama Yunani dan Romawi, yang menjadi pusat kekuasaannya. Hal ini membuat orang-orang Turki dikenal sebagai pribadi yang terbuka dan mau mengenal berbagai budaya dan tradisi lainnya. Namun demikian, Turki juga memiliki kelemahan sebagaimana layaknya masyarakat Timur Tengah lainnya. Sebagai ‘mantan’ penguasa dunia melalui Imperium Turki Usmani, orang-orang Turki tetap memiliki fanatisme kebangsaan yang tinggi sehingga cenderung ‘merendahkan’ bangsa lainnya.
Mayoritas orang Turki adalah penganut agama Islam, khususnya sunni, dan menggunakan bahasa Turki dalam kesehariannya. Islam memang telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan Turki karena berkat agama inilah mereka mencapai beragam kegemilangan yang tercatat dalam sejarah. Namun demikian, orang-orang Turki juga menganut agama-agama lainnya yang hidup secara tenang dan damai, seperti Kristen dan Yahudi. Saat ini orang-orang Turki memang terkonsentrasi di negara Turki, meskipun demikian beberapa komunitas Turki dapat ditemukan di beberapa negara Eropa, khususnya di Jerman yang memang menjadi sekutu utamanya di Perang Dunia Pertama, dan negara-negara Balkan (seperti Bosnia) yang pernah menjadi wilayah kekuasaannya.

Berber
Orang Berber adalah etnis asli dari daerah Afrika Utara atau arah timur Lembah Nil sebelum kedatangan dan penaklukan Arab atas wilayah ini. Bangsa Berber tersebar dari Samudra Atlantik hingga oasis Siwa, di Mesir dan dari Laut Mediterania hingga Sungai Niger. Dalam kesehariannya, orang Berber menggunakan berbagai bahasa Berber yang merupakan cabang dari bahasa Afro-Asia. Berdasarkan data terkini, terdapat sekitar 14-25 juta orang Berber di Afrika Utara, dan yang terpadat adalah di Maroko dan semakin ke timur semakin jarang dijumpai. Secara umum, ciri fisik orang Berber yang ada saat ini tidak jauh berbeda dengan orang-orang Timur Tengah lainnya, karena memang sudah terjadi percampuran di antara mereka. Akan tetapi, sebagaimana umumnya orang-orang yang berasal dari Afrika, orang-orang Berber dikenal memiliki fisik yang sangat kuat dan tangguh sehingga seringkali menjadi langganan tentara dan pengawal di masa kerajaan dahulu. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai orang Berber, maka dapat memperhatikan seorang maestro sepakbola dunia asal Prancis, Zinedine Zidane, karena meskipun merupakan keturunan Aljazair, tetapi Zidane adalah seorang Berber.
Seperti umumnya masyarakat Timur Tengah, orang Berber juga memiliki fanatisme kesukuan yang tinggi dan memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap orang-orang yang mereka anggap layak dipercayai. Namun demikian, karena mereka banyak hidup di tempat yang keras maka mereka dikenal sebagai yang tertutup dan cukup sulit menerima pengaruh dari luar. Saat ini, sebagian besar orang Berber adalah penganut Islam (khususnya sunni) yang mereka dapatkan dari para penakluk Arab (Islam) yang menguasai Afrika Utara. Namun demikian, sebelum kedatangan Islam orang Berber adalah penganut animisme yang mempercayai beragam kekuatan alam. Di samping Islam, orang Berber juga penganut beragam agama lainnya, seperti Kristen dan Yahudi. Bahasa yang mereka pakai adalah bahasa Berber, namun setelah kedatangan Islam bahasa ini cukup sulit dijumpai karena banyak diantara mereka yang beralih menggunakan bahasa Arab. Orang Berber terkonsentrasi di Afrika Utara, seperti Tunisia, Marokko, Aljazair dan Libya. Namun demikian, di beberapa negara Asia Barat seperti Lebanon dan Syiria serta Eropa, terutama Prancis, orang-orang Berber juga dapat ditemukan.

Kurdi
Kurdi adalah suatu etnis yang ada di Timur Tengah yang merupakan keturunan etnik Indo-Arya yang berasal dari rumpun Persia. Meskipun masih berhubungan secara geneologis dengan Persia, tetapi orang-orang Kurdi menggunakan bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Kurdi. Suku Kurdi hingga saat ini merupakan satu-satunya suku bangsa besar dunia yang tidak memiliki negara, padahal jumlahnya mencapai 30 juta jiwa. Suku rumpun Persia ini mendiami tiga negara di Timur Tengah, yaitu Turki, Irak dan Syiria. Salah satu karakteristik yang ada pada Suku Kurdi adalah tinggal di pegunungan dan hidup secara semi-nomadik dalam organisasi sosialnya dengan berprofesi sebagai petani. Meskipun demikian, sebagian kecilnya telah menetap di berbagai kota di Turki, Syiria dan Irak dengan berprofesi sebagai pedagang, guru dan politikus seperti Jalal Talabani yang menjadi Perdana Mentri Irak.
Seperti halnya orang Persia, orang Kurdi dikenal tertutup dan sangat sulit untuk menerima pengaruh dari luar dan memiliki fanatisme kesukuan yang sangat tinggi. Sebagian besar orang Kurdi adalah beragama Islam, khususnya sunni. Saat ini mereka tinggal di wilayah yang termasuk kekuasaan Turki, Syiria dan Irak dan sebagian besarnya menghendaki kemerdekaan dari ketiga tersebut dengan mendirikan negara Kurdistan.

Sumber Bacaan:
1.    Al-Faruqi, Isma’il Raji’. & Lois Lamya al-Faruqi. 2001. Atlas Budaya Islam. Bandung: Mizan.
2.    Burdah, Ibnu. 2008. Konflik Timur Tengah; Aktor, Isu, dan Dimensi Konflik. Yogyakarta: Tiara Wacana.
3.    Drysdale, Alasdair dan Blake Gerald H. 1985. The Middle East and North Africa: Apolitical Geography. New York : Oxford University Press.
4.    Garaudy, Roger. 1983. The Case of Israel: A Study of Political Zionism. London: Shorouk.
5.    Hitti, Philip K. 2005. History of The Arabs. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta
6.    Lenczowski, George. 1993. Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Terj. Asgar Bixby. Bandung: Sinar Baru Algresindo.
7.    Sihbudi, Reza dkk. 1995. Profil Negara-Negara Timur Tengah. Jakarta: Pustaka Jaya.
8.    Thohir, Ajid. 2009. Studi Kawasan Dunia Islam; Perspektif Etno-Linguistik dan Geo-Politik. Jakarta: Rajawali Press.
9.    Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Alhusna.
10.    http://www.ui.ac.id./kurdi.  Akses tanggal 27 April 2010
11.    http://www.wikipediaindonesia.com/orang_berber. Akses tanggal 27 September 2010
12.    Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Tinggalkan komentar